IKUTILAH LOMBA PADUAN SUARA DALAM RANGKA HUT KE 289 JEMAAT BETANI SINDULANG SINGKIL TANGGAL 26 JULI 2013.
Jumat, 19 Juli 2013
LOMBA ALKITAB BERSENANDUNG
DALAM RANGKA HARI ULANG TAHUN JEMAAT BETANI SINDULANG SINGKIL KE 282 PANITIA HRG BETANI GROUP 2 MELAKSANAKAN LOMBA ALKITAB BERSENANDUNG PADA HARI JUMAT, 19 JULI 2013
Minggu, 07 Juli 2013
Sejarah Gereja Betani Sindulang Singkil
SEJARAH JEMAAT BETANI SINDULANG SINGKIL.
BAB
I
PENGANTAR SEJARAH
Jemaat
Bethani Singkil Sindulang adalah persekutuan orang-orang yang percaya
kepada Yesus Kristus, yang bertempat tinggal di wilayah yang bernama Singkil
dan Sindulang. Tempat ini berada di tepi muara sungai Tondano dan juga dekat
dengan pesisir pantai, terutama Sindulang. Sindulang sudah ada sejak abad XIV
dan mempunyai penduduk yang umumnya datang dari Kepulauan Sangihe dan talaud
serta Maluku Utara. Karena berbagai alasan sebagai pendatang tersebut tinggal
ditepi pantai dan rumah-rumah darurat yang biasa disebut DASENG (istilah dalam
bahasa Sangihe yang artinya Pondok). Setelah kawin dan menetap di Sindulang
mereka kemudian menganggap diri mereka sebagai penduduk asli Sindulang.
Dalam reorganisasi pemerintahan
walak-walak pada tahun 1830 di Manado dijadikan satu distrik yang disebut
distrik Manado dengan ibu negerinya Sindulang. Pemimpin Walak waktu itu disebut
Tua Lokon atau Ukung Wangko. Tanggal 7 Juni 1884 No. 12 (N. Graafland : 61)
dikeluarkan bosluit Gubernur Jendral menganai
penggabungan antar disktrik Manado dengan dengan distrik Ares, klabat bawah.
Negeri Baru hasil penggabungan disebut distrik manado dengan ibunegerinya
Tikala Ares. Distrik Manado dengan ibunegerinya Tikala Ares meliputi bekas
kerajaan Manado kemudian menjadi daerah kekuasaan walak Manado. Perkampungan
dalam lingkungan distrik Manado ialah Sindulang
dan sebagian pesisir pantai daerah Tuminting, seluruh perkampungan
Manado Tua, Bunaken, Mantehage, Nain, Siladen, Gangga, Talise.
Dengan demikian Manado pada waktu itu
hanya terdiri dari dua distrik yaitu Distrik Manado dan Bantik.
BAB II
MASA SEBELUM BERDIRINYA GMIM
1.
MASA VOC
Gereja
di Minahasa seperti halnya juga dengan daerah lain di Tanah Air, seperti
Maluku, Timor dan Sangihe Talaud dimulai dan berkaitan dengan adanya VOC Kerk
(Gereja Kompeni Hindia Belanda). VOC Kerk berlangsung dari Tahun 1602 setelah
raja Wilhem I membentuk Indische Staets Kerk (Gereja Protestan). Bahkan
sebernanya penginjilan untuk daerah Minahasa telah dimulai oleh kedatangan Imam Diogode Magelhaes (Portugis) tahun 1563 pada
bulan Mei di Manado atau Sindulang yang adalah ibunegrinya.
Dengan kedatangannya itu Imam Dioge juga membaptis raja Posuma dari Siau dan raja Kinalang Damopolii raja
Minahasa bersama 1500 orang lainnya. Baptisan ini dilaksanakan dimuara Sungai
Tondano (Sindulang).
Pada tahun 1675 sampai
dengan tahun 1800 VOC dengan pendeta-pendetanya mulai memimpin kebaktian. Di
Manado pada waktu itu sudah ada sekitar lima ribu orang kristen yang dilayani
oleh Pdt. Ds. MONTANES sebagai pendeta Belanda
pertama yang datang di Manado. Sekitar Tahun 1663
mereka mengadakan kebaktian dengan menggunakan bahasa Melayu antara lain di
manado, Ares, Bantik dan klabat. Tahun 1674 didirikan satu Gereja dan sebuah
sekolah dengan murid sebanyak 25 orang dan guru sebanyak 2 orang.
Antara Tahun 1789 sampai dengan 1817 VOC mulai bubar
dan gereja dialihkan pada pemerintahan Belanda. Masa peralihan itu berlaku
mulai tahun 1800 sampai dengan tahun 1831 dan selama masa itu tidak ada
pelayanan rohani, walaupun pada tahun 1817 Joseph Kam yaitu Rasul dari maluku
datang mengunjungi Minahasa.
Pada tahun 1819 oleh De Lanting memulai penginjilan
kembali di daerah Manado dan Minahasa, sehingga pada tahun 1822 mengutus
penginjil yang bernama Lamert Lamore. Pada tahun 1826 Daniel Muler di tugaskan
di Manado, tanawangko dan Lamert Lamore
di tugaskan di kema. Kedua mereka meninggal di Manado.
Pada masa N.Z.G
(Nederlands Zendelinggenootschap)
mengutus dua orang ke Indonesia yakni JOHANIS
FRISDRICH RIEDEL dan JOHANIS GODLIES SWARCH.
Mereka tiba di Manado pada tanggal 12 Juni 1831,
kemudian tanggal 14 Oktober 1831 RIEDEL ke Tondano dan SWARCH ke Langoan.
2. MASA INDISCHE
KERK
Gereja Bethani Singkil
Sindulang yang teritorial jemaatnya adalah lokasi dari peristiwa pembaptisan di
tahun 1563 oleh Peter Diedo De Magelhaes adalah
merupakan akar kekristenan awal jemaat ini dan
juga menjadi tonggak sejarah perjalanan Injil Kristus di Sulawesi Utara.
Sekitar Tahun 1731
mulai dibentuk jemaat-jemaat diantaranya adalah JEMAAT BETHANIE SINGKIL SINDULANG yang dalam pelayanannya kemudian termasuk dalam daerah pelayanan yang
berpusat di gereja CENTRUM Manado.
Jemaat Bethani Singkil Sindulang merupakan daerah pusat peribadatan
yang mempunyai wilayah pelayanan dari Bengkol
sampai dengan Kombos. Tempat yang dipakai sebagai tempat untuk beribadah
adalah gedung sekolah dasar IV Manado (Govermen School)
yang terletak di depan kantor Perwakilan Sangihe Talaud sekarang.
Pada tanggal 26 Pebruari
1891 di jemaat Bethani Singkil Sindulang dibaptis sebanyak 83 orang.
Bangunan pertamanya Gereja Betani Singkil
Sindulang berdiri di tahun 1903 masa pendeta Hendrik Sinaulan di rumah Hukum
Besar Mandagi (sekarang Kantor Perwakilan Sangihe Talaud). Gereja ini
menjadi salah satu pusat Paroki pelayanan yang mewilayahi kawasan Utara dari 3
paroki di distrik (Rayon) Manado, sejak berdirinya Gereja Protestan Belanda di
tanah Minahasa.
Majelis Gereja (Krekraadsladen) waktu itu a.l :
-
Bpk. Ferdinandus (Wakmester Sindulang)
-
Bpk. A.J. Mohede (ex Raja Siau)
-
Bpk. Ticoalu (ex Hkm
Besar Distrik Bantik)
-
Bpk. P. Mamansage (Procoreue/Pengacara)
-
Bpk. J. Gontha (Kepala Sekolah)
-
Bpk. Lasarus
Meyer
-
Bpk. A Kapugu (Hukum Tua
Singkil)
-
Bpk. S. Abutha N
-
Bpk. Daniel
Takaendengan
-
Bpk. Pieter
Tangkilisang
-
Ibu. G.
Tangkilisang Supit
-
Bpk. Lumangken
-
Bpk. N. Selang
-
Bpk. Lasedu
-
Bpk. A.
Makanoneng
Ditambah dengan 3 Guru
Jemaat Yakni :
-
Bpk. J. Sasuwe
-
Bpk. R.M. Macpal
-
Bpk. Nicalos
Sumengkeng
Ditahun 1927 dilakukan
persiapan-persiapan untuk pembangunan Gedung Gereja Bethani Sindulang Singkil yang permanen.
Pembangunan ini disponsori oleh Pemuda Jemaat (PSM) dan melakukan aksi
pengumpulan dana dengan menyewa Bioskop
milik Tuan Bulegraaf. Pada tahun 1928 dilakukan peletakan Batu pertama
Pembangunan Gedung Gereja di Tempat yang ada Sekarang. Pembangunan
Gedung gereja selesai pada tahun 1930 dan dilakukan pentahbisan oleh Pdt.
A.Z.R WENAS.
Pdt. Hendrik Sinaulan
memimpin jemaat Betani Singkil Sindulang dari tahun 1903 sampai 1930 (30 Tahun
melayani Jemaat Bethani).
Sesudah Pendeta Sinaulan, jemaat Bethani
Singkil Sindulang dilayani oleh Pendeta R.N. Rogahang sampai tahun 1934. Pada
tanggal 30 September 1934 berakhirlah pelayanan Gereja de Minahasiche Kerk
menjadi gereja Masehi Injili di Minahasa. Untuk kepentingan jemaat Bethani
Singkil Sindulang maka diangkatlah Bapak Firon A. Madau
menjadi guru jemaat.
BAB III
MASA SETELAH BERDIRINYA GMIM
I.
Masa Pelayanan
Tahun 1941 – 1951
Masa ini
adalah masa pendudukan Jepang mendekati masa perang dunia II. Gereja dikala itu
dilayani oleh Pdt. H. SINAULAN untuk yang kedua kalinya. Ia lahir di Manado
tanggal 9 Desember 1875 dan meninggal dunia tanggal 8 Nopember 1960 di usia 85
tahun. Ia melayani Jemaat Bethani Singkil
Sindulang selama 30 tahun dan merupakan Pendeta yang terlama melayani
Jemaat bethani Singkil Sindulang.
Tahun 1947 s/d 1951 Jemaat Bethani Singkil Sindulang
di pimpin oleh Pdt. TERTIUS A. MOHEDE dan Tahun 1947 Pdt. ROBERT NICOLAS
ROGAHANG membantu melayani jemaat Bethani Singkil Sindulang. Ia Lahir di
Ratahan tanggal 6 Oktober 1883 dan dikenal sebagai pendeta Merah Putih, karena
dimasa pendudukan Belanda dia melayani penjara-penjara dengan tidak mementingkan
Kerajaan Balanda, namun memberikan kekuatan, penghiburan bagi tahanan-tahanan
Belanda waktu itu.
II.
Masa Pelayanan
1951 – 1973
Pada
tanggal 1 Maret 1951 Pdt. HENDRIK DANDEL ditempatkan di jemaat Bethani Singkil
Sindulang. Ia lahir di Kanawang Ondong Siau tanggal 3 Maret 1905. Di tahun 1932
Ia lulus di Sekolah Theologia STOVIL. Pdt. H. Dandel dianugerahkan penghargaan
oleh GMIM karena kerajinan dan kesetiaan dalam melayani. Di tahun 1955
ditawarkan untuk dipindahkan ke Ujung Pandang dan tahun 1960 ke Surabaya, namun
semua tawaran itu ditolaknya karena ia lebih cinta untuk melayani jemaat
Bethani Singkil Sindulang. Pdt. H. Dandel melayani jemaat Bethani Singkil
Sindulang selama 22 tahun.
Pada tahun
1951 dimasa pelayanannya diadakan perluasan bangunan gedung Gereja yang tadinya
hanya menampung 200 orang menjadi bertambah luas hingga dapat menampung 400
orang yang selesai dibangun dan ditahbiskan pada tahun 1954
Pada tahun 1963-1965, Pdt. W.A. Dumais diperbantukan
sebagai Pendeta pelayanan di jemaat Bethani Singkil Sindulang dan kemudian di
tahun 1966 Sinode menepatkan Pdt. TRIPOSA DAUHAN selama satu tahun dan 1967
menempatkan Pdt. A.H.S LENGKONG.
Tahun 1966-1968
muncul pemikiran dari anggota jemaat yang menghendaki peningkatan pelayanan
namun tidak dapat diterima oleh beberapa anggota jemaat. Akibatnya sekitar 30
KK di Kolom 7 memisahkan diri dan menamakan kelompok EBEN HEAZER yang kemudian
diterima oleh Pdt. J.J. ROTTI (Ketua jemaat Centrum) sebagai anggota jemaat
Centrum di Kolom 12c. Tahun 1968 terjadi hal yang sama pula di kolom 5 dibawah
pimpinan Pnt. FRANS HOWAN dan Syamas
R.G. Mandagi. Namun akhirnya di tahun 1969 kedua kelompok tersebut kembali
bergabung dengan jemaat bethani Singkil Sindulang. Pada tahun 1973 tanggal 15
September Pdt. Dandel meningggal dunia dan jabatan ketua jemaat dipegang oleh
Bpk. A. Tamara.
III.
Masa Pelayanan
Tahun 1974 – 1983
Tahun 1974
ketua jemaat Bethani Singkil Sindulang diserah terimakan dari pejabat Ketua
Bapak A. Tamara kepada Pdt. D.M.V. KANDIJOH yang pada waktu itu jemaat Bethani Singkil Sindulang mempunyai 26
kolom dan kemudian 3 kolom didewasakan menjadi satu jemaat yang Otonom yakni
Jemaat GMIM Damai BUKIT MORIA.
Pada
tanggal 29 Juli 1975 diadakan serah terima jabatan Ketua dari Pdt. D.M.V.
KANDIJOH kepada Pdt. W. DUMAIS, STh.
IV. Selanjutnya..........Masa 1983-1988
V.
Langganan:
Postingan (Atom)